Detoks Digital Guna Jaga Kesehatan Mental
Reporter Diva Raisa Zananda; Editor Adellia Prameswari

Teknologi, khususnya ponsel sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat modern pada abad ini. Kegunaannya yang efisien berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari menghubungi kerabat jauh, membeli kebutuhan sehari-hari, membagikan gambar atau video, mencari informasi dari berbagai sumber, juga hiburan seperti mendengarkan musik, menonton film dan bermain game, sampai membayar biaya tagihan juga dapat dilakukan dengan ponsel. Namun, kemudahan tersebut tanpa sadar menimbulkan rasa ketergantungan dan kecanduan hingga para penggunanya sulit untuk lepas dari ponsel.
Ketua tim peneliti dari College of Engineering, Nels Oscar berpendapat bahwa media sosial bersifat sangat instan, menjangkau jutaan orang sekaligus dan dapat memengaruhi perilaku seseorang. Saat mengakses media sosial, tidak sedikit orang yang membandingkan hidupnya dengan yang lain. Hal negatif ini akan memicu terjadinya rendah diri, iri hati, atau yang lebih buruknya dapat membenci diri sendiri.
“Seperlima orang dewasa AS (sekitar 18%) menyebutkan penggunaan teknologi sebagai sumber stres yang signifikan dalam hidup mereka. Bagi banyak orang, koneksi digital yang selalu ada dan kebutuhan konstan untuk terus memeriksa email, teks, dan media sosial yang menjadi penyebab sebagian besar tekanan teknologi ini,” mengutip artikel verrywellmind.com dalam survei tahunan American Psychological Associations Stress in America.
Banyaknya kasus kecanduan gadget ini membuat seorang penulis asal Amerika, Cal Newport menulis sebuah buku berjudul Digital Minimalism: Choosing a Focused Life in a Noisy World yang di dalamnya terdapat panduan bagaimana cara mengatur penggunaan gadget melalui detoks digital. Detoks digital adalah cara untuk kita untuk lebih menjauhi dunia maya atau lebih memilih untuk membatasi interaksi di media sosial.
“Saya pikir banyak orang sekarang mulai merasa tidak nyaman tentang hubungan mereka dengan teknologi mereka. Khususnya seberapa sering mereka menatapi layar ponsel dan mencari cara bagaimana menghentikannya. Jadi, hal yang paling mudah dilakukan ialah cukup dengan melepas ponsel dengan mengurangi aplikasi yang tidak penting. Anda masih dapat mengaksesnya di komputer, namun tidak ada saku seperti ponsel sehingga hal tersebut tidak menarik perhatian Anda setiap menit sepanjang hari,” tutur Cal Newport dalam kanal YouTube Good Morning America.

Wafi Zen mahasiswa UIN Jakarta berpendapat bahwa dampak dari penggunaan media sosial yang berlebih dapat menimbulkan stres, cemas, dan bahkan FOMO atau fear of missing out.
“Menurut saya, orang yang harus melakukan detoks digital itu yang sudah kecanduan, bahkan dia tidak melakukan apapun di medsosnya, tetapi dia suka bolak balik masuk Instagram atau media platform lainnya. Terus juga orang yang selalu update dan tidak mau ketinggalan informasi sedikitpun sehingga kalau sampai tertinggal bisa sampai stres,” ujarnya dalam wawancara bersama DNK TV melalui Whatsapp pada Senin (15/8).
Salah satu cara untuk melakukan detoks digital yaitu dengan mematikan notifikasi ponsel. Memang terlihat sulit dilakukan dan akan menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, tetapi dibalik itu banyak hal positifnya seperti tidak terbawa beban dan pikiran terasa lebih ringan. Kalau cara pertama tidak berhasil atau membuat keadaan lebih parah, cara yang kedua adalah untuk membagi waktu penggunaan ponsel, contoh satu jam di pagi hari dan satu jam di sore hari. Dengan begitu kita tidak akan ketinggalan info pada hari itu juga dan tidak tidak terlalu cemas akan hal lainnya.
Melakukan detoks digital akan menjaga kesehatan mental para pengguna gadget. Bukan hanya itu, detoks digital juga akan meningkatkan produktivitas serta menjaga konsentrasi dan fokus terhadap berbagai kegiatan di luar dunia maya, seperti pekerjaan, pelajaran, atau olahraga.
“Saya sarankan Anda benar-benar mengambil 30 hari penuh untuk menjauh dari teknologi dalam kehidupan Anda. Selama masa itu Anda akan benar-benar berhubungan kembali dengan apa yang Anda pedulikan, apa yang sebenarnya Anda sukai, apa nilai hidup Anda, dan kemudian ketika semuanya berakhir, bangun kembali kehidupan digital Anda dari awal secukupnya sesuai yang Anda benar-benar butuhkan,” ungkap Cal Newport.